Halaman

Senin, 18 Juni 2012

Rasa Takut yang Sesungguhnya

Sultan memutuskan untuk melakukan perjalanan melalui laut dengan beberapa pejabat istana favoritnya. Mereka bergabung dengan kapal di Dubai dan berlayar ke laut terbuka.

Namun segera setelah kapal menjauh dari tanah, ada seorang pria yang belum pernah melihat laut sebelumnya karena menghabiskan sebagian besar hidupnya di pegunungan, mulai merasa panik.Ia menangis, berteriak, dan menolak untuk makan ataupun tidur.  


Semua orang mencoba untuk menenangkannya, mengatakan bahwa perjalanan itu sama sekali tidak berbahaya. Namun meski ia mendengarnya, kata - kata mereka sama sekali tidak mempengaruhi hatinya. Sultan tidak tahu harus berbuat apa, dan perjalanan kapal di atas laut tenang dan di bawah langit biru, menjadi siksaan bagi para penumpang lainnya. 

Dua hari berlalu tanpa ada yang bisa tidur karena tangisan pria itu. Sultan hendak memesan kapal untuk kembali ke pelabuhan, ketika salah satu menterinya, yang terkenal karena kebijaksanaannya, datang: 

"Yang Mulia, dengan izin Anda, saya akan bisa menenangkannya." 

Tanpa ragu-ragu, Sultan mengatakan bahwa tidak hanya akan memberinya ijin tetapi juga akan memberinya hadiah jika sanggup menenangkan pria itu. 

Menteri pun meminta agar pria itu dilempar ke laut. Segera para awak kapal yang berharap mimpi buruk mereka segera berakhir, bersama - sama menggiring pria itu dari palka, dan melemparkan dia ke laut. 

Pria itu meronta-ronta, ia tenggelam dan banyak menelan air laut. Ia tampak berjuang kembali ke permukaan. Ia menjerit lebih keras dari sebelumnya lalu tenggelam lagi, dan berhasil muncul ke permukaan sekali lagi. Saat itu, menteri memerintahkan agar dia ditolong dan diseret kembali ke atas kapal. 

Sejak saat itu, tidak ada yang mendengar keluhan dari pria itu yang menghabiskan sisa perjalanan dalam keheningan. Pria itu bahkan berkomentar kepada salah seorang penumpang bahwa ia belum pernah melihat sesuatu yang begitu indah seperti langit dan laut menyentuh cakrawala. Perjalanan yang sebelumnya telah menjadi siksaan untuk semua penumpang kapal, kini menjadi pengalaman yang menyenangkan dan damai. 

Beberapa waktu sebelum mereka kembali ke pelabuhan, Sultan pergi menemui menteri: 
 "Bagaimana kau tahu bahwa dengan melemparkan bahwa orang itu ke laut, ia akan tenang?"
 

"Karena pria yang belum pernah mencicipi air garam dan belum pernah tahu penderitaan tenggelam. Ia tidak akan dapat mensyukuri dan mengerti betul betapa mengagumkan bisa merasakan papan kapal di bawah kakinya," Jawab Menteri dengan bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar